Putra-Putri Indonesia
Padamu negeri kami berjanji
Padamu negeri kami berbakti
Padamu negeri kami mengabdi
Bagimu negeri jiwa raga kami
Cobalah Anda renungkan sejenak setiap baris syair lagu yang digubah oleh Ibu Sud. Apakah hati Anda bergetar? Apakah Anda tergugah? Apakah Anda tertantang dan bertanya 'Apa yang akan Anda lakukan untuk negeri ini?
Tentu, tidak setiap orang terpanggil menjadi pahlawan besar yang akan dikenang oleh bangsa ini seperti Ir. Soekarno dan Bung Hatta, Presiden dan Wakil Presiden pertama republik ini. Masih ada Jenderal Sudirman, dan pahlawan nasional lainnya. Anda mungkin tidak akan dikenang oleh bangsa ini.
Namun, sekecil apapun perbuatan-baik yang Anda lakukan, itu akan dikenang. Paling tidak, ada yang merasakan perbuatan-baik kecil Anda. Dan sudah pasti, Tuhan melihat apa yang Anda lakukan dan memperhitungkan perbuatan baik Anda.
Saya mengatakan demikian karena negeri ini percaya kepada Tuhan sekalipun setiap orang masih harus melakukan pencarian spritualitas sampai akhir hayatnya. Orang lain tak tahu apakah Anda akan menemukan Tuhan atau tidak; hanya Anda dan Tuhan yang tahu.
Ada dua pengetahuan yang patut dikejar- pengetahuan tentang Allah dan pengetahuan tentang diri. Yang mana lebih dulu tak mudah merumuskannya.
Lebih mudah melihat diri kita daripada melihat Tuhan. Ketika kita melihat diri kita, kita mungkin bertanya siapa yang membuat diri kita, yang terbuat dari debu, tetapi diberi hati dan pikiran, dan disebut wakil Allah di bumi untuk memelihara dan mengembangkan negeri ini.
Anda dan saya sebagai putra-putri Indonesia terpanggil melakukan tugas ini. Seperti isi syair lagu kebangsaan kita, 'bangunlah jiwanya bangunlah badannya." Itulah tugas Anda dan saya.
Dibutuhkan perenungan yang mendalam untuk merumuskan tujuan hidup dan memikirkan apa peran Anda di tengah-tengah republik ini. Seperti kata Confucius, 'Setiap orang harus mengetahui posisinya dalam sejarah.'
Tentu, masih banyak yang berjalan ke sana ke mari dan tidak tahu apa yang mau dikejar di dunia. Masih banyak yang hanya mengejar uang; ada yang mencari popularitas; masih ada lagi yang mengejar kuasa. Apakah ini tujuan-hidup yang paling mulia?
Di hati sanubari para pendiri negeri ini, ada pemikiran yang lebih dari sekedar materi, popularitas atau kuasa. Mereka ingin bangsa kita bebas dari penjajahan. Ada bisikan di dalam hati mereka bahwa hidup ini adalah sementara.
Saatnya merenungkan kembali bahwa tujuan hidup manusia yang tertinggi adalah mengagungkan nama Tuhan di bumi pertiwi; setiap orang menghormati dan menguduskan nama-Nya. Tidak ada yang menyebut nama-Nya sembarangan; tidak ada yang mempermainkan nama-Nya. Itulah salah satu tanda lahiriah bahwa Anda dan saya mengenal Allah.
Sebagai bukti bahwa kita mengenal Tuhan, tidak ada ukuran yang lebih mudah dilihat, yaitu mengasihi sesama
termasuk saudara-saudara yang lain, bahkan yang tinggal di pedalaman,
yang tidak pernah menikmati apa yang dirasakan oleh orang yang
tinggal di kota.
Dalam kata
lain, Anda dan saya menghormati orang tua, tidak membunuh sesama, tidak
berzinah, tidak mencuri milik orang lain atau negara, tidak berdusta,
dan tidak menginginkan milik orang lain termasuk isteri atau suami orang
lain.
Sudah pasti Anda dan saya tidak mampu melakukan ini semua. Namun, Tuhan dapat memberi kepada kita masing-masing kemampuan untuk melakukannya sesuai dengan anugerah-Nya.
Salam Indonesia Raya,
Judika Malau
Copyright 2009-2023 putra-putri-indonesia.com
Berlangganan
Putra-Putri-Indonesia.com (Free)
Pesan Buku Habits of the Mind
0813-1122-1148
INFO PENDANAAN
Profile PT. Business Excellence Luminance
(021-5370266, 0778-729 0966, 0812 604 0654)
Alma Butik & Kursus Jahit Cibubur
0813-1144-9940