Bagaimana Menyikapi Ketuhanan Yesus
Salah satu topik yang sulit diterima oleh pemeluk agama non-Kristen adalah mengenai ketuhanan Yesus. Bagi pemeluk agama Kristen Yesus adalah Tuhan. Ia adalah Juruselamat manusia. Dia-lah yang diutus oleh Bapa di surga untuk menyelamatkan umat manusia dari hukuman kekal akibat dosa yang dilakukan Adam dan keturunan-keturunannya.
Yesus lahir di Betlehem, mati di kayu salib, dikuburkan, bangkit kembali dari kubur, naik ke surga dan akan datang kembali di akhir zaman. Ia memiliki dua natur: natur Allah dan natur manusia. Demikian secara singkat apa yang diyakini oleh pemeluk agama Kristen mengenai Yesus.
Keyakinan ini tidak dapat diterima oleh pemeluk agama non-Kristen. Bagi mereka, Yesus adalah manusia. Ia dilahirkan dari gadis perawan bernama Maria. Bagaimana Yesus adalah Tuhan sedangkan ia manusia? Keraguan ini ditambah dengan pandangan bahwa Tuhan tidak mempunyai anak.
Bagi manusia alami- ketuhanan Yesus tidak masuk akal apalagi sampai menerima pernyataan bahwa Yesus adalah anak Allah. Bagaimana Allah dapat memiliki anak seperti hubungan antara orang tua dan anak? Siapa isteri Allah? Pertanyaan demikian bisa juga muncul dari kalangan yang meragukan ketuhanan Yesus.
Filsafat Immanuel Kant
Dalam tradisi filsafat dari arus rasionalis, terutama Immanuel Kant, hal-hal mengenai metafisika adalah hal-hal yang tidak dapat dipahami oleh akal. Apa yang disebut dengan kekekalan, kebebasan, kerajaan Surga, termasuk ketuhanan Yesus- ini tidak dapat dimengerti oleh akal. Akal memiliki keterbatasan.
Akal tidak mampu memahami bagaimana Allah mencipta dunia ini, Allah Tritunggal, bagaimana Tuhan menyelamatkan manusia dari dosa, dan segala mujizat yang dicatat dalam Kitab Suci (Alkitab). Demikian pandangan Immanuel Kant.
Banyak pertanyaan yang bisa diajukan. Apakah eksistensi Allah dapat dipahami? Seperti apakah Allah itu? Seperti apakah Tuhan Yang Maha Esa? Apakah Allah yang bisa dipahami baru disebut Ia Allah? Apakah manusia harus mampu mengerti siapa itu Allah baru disebut Ia Allah?
Tentu, pandangan Immanuel Kant yang menganggap bahwa hal-hal supra natural adalah di luar jangkauan akal dicetuskan dalam rangka menggusur agama dari kehidupan publik. Ia mau mengalihkan manusia dari kepercayaan kepada Tuhan.
Bagi Kant, seseorang disebut dewasa kalau ia bebas, tidak didikte oleh kuasa-kuasa yang ada di luar dirinya. Dengan kata lain, seseorang disebut dewasa kalau ia tidak lagi menjalankan kehidupannya berdasarkan ajaran-ajaran Kitab Suci. Tidak dibutuhkan iman untuk hidup; tidak dibutuhkan agama. Demikian pandangan Immanuel Kant. Bagaimana Menyikapi Ketuhanan Yesus
Pandangan Thomas Aquinas
Thomas Aquinas tidak sependapat dengan Immanuel Kant. Thomas Aquinas mengatakan bahwa keberadaan Allah atau hal-hal metafisika masih dapat dipahami dengan akal.
Akal manusia bisa menjawab kesulitan-kesulitan dalam hal memahami metafisika. Bagi Aquinas, tetap ada peluang bagi manusia alami untuk memahami keberadaaan Allah termasuk ketuhanan Yesus.
Aquinas menjawab hal ini dengan mengadopsi filsafat Aritoteles. Bagi Aristoteles, segala sesuatu ada penyebabnya. Alam semesta ada penyebabnya. Ada penyebab munculnya langit, bumi dengan segala isinya. Dan bila ini terus ditelusuri, ada penyebab utama dan ini disebut 'Unmoved Mover' (Penggerak yang Tidak Digerakkan).
Argumentasi Aquinas ini disanggah oleh Immanuel Kant. Bagaimana kita tahu kalau 'Ummoved Mover' itu adalah Allah yang diberitakan di Kitab Suci? Bagaimana kita tahu Unmoved Mover yang dimaksud oleh Aristoteles sama dengan Allah yang disaksikan di Kitab Suci (Alkitab)?
Baik Thomas Aquinas dan Immanuel Kant hanyalah beberapa dari puluhan filosof yang sangat berpengaruh. Mereka menyajikan filsafatnya masing-masing. Namun demikian, metode filosof masih bisa dijalankan. Masih ada peluang minimal untuk memahami dasar-dasar yang digunakan pemeluk agama Kristen mengenai Ketuhanan Yesus. Atas dasar apa keyakinan tentang ketuhanan Yesus dirumuskan?
Hal-hal yang rohani memang tidak dapat dipahami oleh akal manusia alami, tetapi metode filsafat bisa membuka peluang untuk mengerti dasar-dasar ketuhanan Yesus- apa teks yang menjadi referensi tentang ketuhanan Yesus.
Ada satu prinsip dalam Filsafat bahwa perlu dipahami apa yang menjadi dasar dari pernyataan-pernyataan keyakinan dan mengkritisi apakah dasar itu masuk akal atau tidak. Bagaimana Menyikapi Ketuhanan Yesus
Mencari Dasar Filosofis Ketuhanan Yesus
Bila metode filsafat dilakukan, ada peluang menjawab keraguan mengenai ketuhanan Yesus. Mau tidak mau, Kitab Suci menjadi referensi.
Kalau menyangkut hal-hal rohani, yang pertama dan satu-satunya referensi, hanyalah Kitab Suci. Tidak ada sarana lain untuk menjawab isu-isu seputar dunia rohani.
Dengan membaca Kitab Suci, pemeluk agama non-Kristen dapat membaca dasar-dasar ketuhanan Yesus. Sekarang, ini mudah dilakukan. Dengan mengetik frase ketuhanan Yesus di google, jutaan artikel bisa disajikan.
Salah satu teks yang bisa menjadi referensi mengenai Ketuhanan Yesus adalah Injil yang ditulis Yohanes (Yohanes 14: 6). Ia mengutip perkataan Yesus. "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku."
Hanya Allah sumber kebenaran; hanya Allah sumber kehidupan; hanya Tuhan yang dapat memberikan manusia dapat hidup selama-lamanya. Tidak ada seorang pun di bawah kolong langit ini yang pernah mengatakan ini bahkan rasul dan nabi sekalipun.
Bisa juga teks lain sebagai referensi, yaitu Lukas 7: 18-23. "Ketika Yohanes mendapat kabar tentang segala peristiwa itu dari murid-muridnya, ia memanggil dua orang dari antaranya dan menyuruh mereka bertanya kepada Tuhan: "Engkaukah yang akan datang itu atau haruskah kami menantikan seorang lain?"
Ketika kedua orang itu sampai kepada Yesus, mereka berkata: "Yohanes Pembaptis menyuruh kami bertanya kepada-Mu: Engkaukah yang akan datang itu atau haruskah kami menantikan seorang lain?"
Pada saat itu Yesus menyembuhkan banyak orang dari segala penyakit dan penderitaan dan dari roh-roh jahat, dan Ia mengaruniakan penglihatan kepada banyak orang buta.
Dan Yesus menjawab mereka: "Pergilah, dan katakanlah kepada Yohanes apa yang kamu lihat dan kamu dengar: Orang buta melihat, orang lumpuh berjalan, orang kusta menjadi tahir, orang tuli mendengar, orang mati dibangkitkan dan kepada orang miskin diberitakan kabar baik. Dan berbahagialah orang yang tidak menjadi kecewa dan menolak Aku."
Hanya Tuhan yang dapat melakukan tanda-tanda mujizat. Kalaupun ada nabi atau rasul- itu karena kuasa Tuhan. Dengan tongkatnya Musa membelah laut dan mengirimkan tulah kepada bangsa Mesir.
Elia pernah membangkitkan seorang perempuan yang sudah mati. Rasul Paulus pernah juga membangkitkan orang mati. Perus membuat orang yang lumpuh jadi bisa berjalan. Namun, mujizat-mujizat itu terjadi karena kuasa Tuhan. Tuhan menyertai mereka dan atas seizin Tuhan mereka melakukan mujizat.
Teks lain juga bisa membantu, yaitu Matius 16: 13-17. "Setelah Yesus tiba di daerah Kaisarea Filipi, Ia bertanya kepada murid-murid-Nya: "Kata orang, siapakah Anak Manusia itu?" Jawab mereka: "Ada yang mengatakan: Yohanes Pembaptis, ada juga yang mengatakan: Elia dan ada pula yang mengatakan: Yeremia atau salah seorang dari para nabi." Lalu Yesus bertanya kepada mereka: "Tetapi apa katamu, siapakah Aku ini?" Maka jawab Simon Petrus: "Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup!" Kata Yesus kepadanya: "Berbahagialah engkau Simon bin Yunus sebab bukan manusia yang menyatakan itu kepadamu, melainkan Bapa-Ku yang di sorga."
"Siapakah yang mengalahkan dunia selain dia yang percaya bahwa Yesus adalah Anak Allah?", tulis Yohanes dalamn suratnya.
Itu beberapa teks yang bisa menjadi rujukan tentang ketuhanan Yesus. Banyak teks di Kitab Suci mengenai Yesus. Bahkan boleh dikatakan isi Alkitab adalah mengenai Yesus. Bagaimana Menyikapi Ketuhanan Yesus
Keyakinan adalah Anugerah
Tentu, argumentasi diatas ini tidak selalu dapat diterima manusia alami. Seperti yang sudah disebutkan di atas, hal-hal rohani tidak mudah dicerna oleh akal. Harus ada 'Kekuatan lain' yang membuat seseorang menjadi percaya.
Benar arti perkataan Anselmus, credo ut intelligam ("Aku percaya supaya aku boleh mengerti"), sebuah prinsip yang diambil dari Kitab Suci. Dengan iman seseorang bisa mengerti.
Keyakinan adalah dasar untuk menerima ketuhanan Yesus, tetapi keyakinan kepada Yesus bukan lagi karena usaha manusia. Keyakinan adalah anugerah Allah. Hanya Allah yang dapat memberikan ini kepada siapa yang Ia kehendaki.
Saya tidak bisa memberi keyakinan ini kepada Anda. Ini bukan 'domain' saya. Saya hanya bisa memberi informasi mengenai ketuhanan Yesus.
Kiranya Anda digerakkan oleh Tuhan untuk membaca Kitab Suci (Alkitab). Siapa tahu Anda mendapatkan anugerah-Nya sehingga Anda dapat menerima kebenaran tentang ketuhanan Yesus.(JM)
Link Terkait:
Plus Minus Membaca Buku Filsafat
Langkah-Langkah Mengenal Diri untuk Pengembangan Pribadi
Bila Anda Hidup, Mengapa Takut Mati?
Copyright 2009-2023 putra-putri-indonesia.com