Berpikir filsafat (filosofis) kesannya
seperti asing. Jangankan berpikir filosofis, istilah Filsafat saja
mungkin jarang didengar.
Hampir 90 % mahasiswa bahkan lebih, tidak pernah mengecap mata kuliah filsafat secara formal. Ada pelajaran Matematika, Fisika, Biologi, dan Ilmu Pegetahuan lainnya, tetapi pelajaran Filsafat hanya diajarkan pada segelintir mahasiswa. Itupun hanya di jurusan-jurusan yang berkaitan dengan Teologi, Filsafat, Hukum, Politik atau Ilmu Sosial.
Sekalipun Filsafat tidak pernah dipelajari secara formal, esensi berpikir filosofis dilakukan mayoritas pemuda dan orang yang dewasa. Seseorang berfilsafat saat mau mengambil keputusan-keputusan penting dalam hidup.
Saat seseorang mau memilih jurusan kuliah, ketika seorang gadis mau menggugurkan kandungan akibat hubungan gelap dengan pria lain, sebelum pejabat membuat keputusan publik, ketika seseorang mau melakukan korupsi pertama kalinya, ia berpikir filsafat.
Contoh yang ekstrim adalah ketika seorang pemuda, sebut saja namanya Pandu, digoda oleh seorang ibu muda untuk melakukan hubungan seks.
Pandu tahu bahwa ibu muda itu sudah punya suami. Pandu berpikir sebelum mengambil keputusan- apakah menerima tawaran ibu muda itu atau tidak.
Ia mungkin berpikir apakah tawaran ibu muda ini berakibat buruk bagi dirinya? "Apakah ibu muda ini akan hamil bila saya bersetubuh dengan dia? Bila hamil, apakah saya mau mempertanggung-jawabkannya?" Begitu pemikiran yang bisa terlintas dalam benak Pandu.
Ia mencoba mengingat informasi yang pernah ia terima termasuk nasihat orang tua. Pada saat ia berpikir dan mempertimbangkan nilai-nilai yang mendasari tindakan yang akan ia ambil- ia berpikir filosofis.
Filsafat membahas hal-hal yang mendasar- apa tujuan hidup manusia, dari mana asal usul dunia ini, dan bagaimana manusia seharusnya hidup.
Topik lain adalah kebebasan mengeluarkan pendapat, kebebasan beragama, etika, bagaimana seharusnya negara dijalankan, aborsi, dan beragam topik besar lainnya.
Cakupan Filsafat begitu luas sehingga Filsafat dapat dibicarakan oleh siapapun dari beragam latar belakang- anak-anak, remaja, dewasa, orang tua dan orang sudah lanjut umur, ekonom, ahli hukum, insiniur, akuntan, dan profesi lainnya.
Contoh Percakapan Filosofis
Mungkin lebih mudah menangkap esensi berpikir Filsafat kalau disajikan dalam sebuah percakapan imajiner antara Rita dan Rano berikut:
Rano: "Rita, apakah kamu suka makan kolak dingin?"
Rita: "Ya saya suka."
Rano: "Apakah kamu sudah punya pacar?"
Rita: "Belum."
Rano: "Misalnya Rita punya pacar, apakah pacarmu suka makan kolak dingin?"
Pada
saat Rano bertanya demikian, Rita akan berhenti sejenak. Rita mulai
berpikir. Ketika ia berpikir untuk menjawab pertanyaan Rano, Rita sedang
berpikir filosofis. Dia sedang menjawab pertanyaan spekulatif.
Percakapan imajiner selanjutnya.
Rano: "Apakah Rita mengenal Presiden Jokowi?"
Rita: "Ya. Dia 'The best President."
Rano:
"Bila Rita punya pacar, apakah suatu saat karir pacar Rita akan menjadi
Presiden? Dan bila ia menjadi Presiden, apakah ia akan seperti Presiden
Jokowi?"
Pada situasi-situasi penting, pertanyaan-pertanyaan krusial butuh jawaban. Ketika seseorang pemuda mau menentukan pasangan hidup, ia akan berpikir filosofis. Misalnya, saat ini ia berpacaran dengan gadis yang berbeda keyakinan dan mencintai gadis itu. Ia berpikir apakah ia akan menikah dengan calon pasangan hidup yang berbeda keyakinan.
Apakah ia akan bahagia dalam keluarga dengan dua keyakinan yang berbeda? Apakah ia dapat membicarakan isu-isu yang sangat mendasar dengan calon pasangan hidupnya?
Ini hanya beberapa pertanyaan yang mungkin muncul ketika ia sedang berpikir filosofis sebelum ia membuat keputusan untuk menikah.
Misalkan seorang suami sudah menikah belasan tahun dan pasangan hidup tidak membuatnya relatif senang. Ia tidak dapat berkomunikasi dengan isteri seperti saat pacaran.
Sementara, suami mungkin akan masih hidup dua puluh tahun lagi. Bisa muncul pemikiran tentang masa depan pernikahannya. Saat suami memikirkan hal ini, ia berpikir Filsafat.
Berpikir Filsafat sangat membantu ketika ada isu-isu penting. Filsafat menolong seseorang untuk memahami isu-isu yang membingungkan. Berfilsafat mencoba memahami asumsi-asumsi di balik semua pernyataan, argumentasi, teori, kebijakan publik, dan tindakan.
Dengan berpikir Filsafat, seseorang mencoba menemukan jawaban terhadap isu-isu paling penting bagi dirinya dan manusia. Untuk apa manusia hidup? Apa yang seharusnya diketahui? Apa yang seharusnya dikerjakan? Bagaimana seseorang tahu apakah yang ia yakini adalah benar? Apa pengharapan manusia?
Beragam pertanyaan filosofis bisa ditulis. Filsafat tidak selalu dapat menjawab pertanyaan. Itu bukan tugas utamanya. Namun, orang yang berfilsafat selalu bertanya sebab saat ia berhenti bertanya, ia tidak lagi menjadi filosof. (JM)
LINK TERKAIT
Apa Perbedaan Agama dan Filsafat?
Dari Berpikir Filsafat ke Halaman Depan
Copyright 2009-2023 putra-putri-indonesia.com