Filsafat Itu Menyenangkan
Setiap
kali saya memposting sebuah tulisan beraroma Filsafat di grup wa
alumni, ada yang 'alergi.' Ada yang
memberi aba-aba pertanda ia mau
'left'. Yang lain hanya memberi komentar
ringan. Namun demikian, beberapa orang masih berminat.
Topik beraroma filsafat membuat diskusi lebih 'hangat' dari biasanya. Pikiran yang 'menganggur' jadi dapat kerjaan. Pikiran terangsang untuk mengasah pengetahuan yang jarang mendapat tantangan. Ada tanya jawab. Ada adu argumentasi. Asumsi-asumsi diuji. Pemikiran dikritisi dengan alasan. Konsistensi argumentasi bisa terbaca- apakah logis atau tidak- dan tidak jarang membuat hati jadi panas. Diskusi pun sering berujung dengan emosi; hal yang sangat disayangkan.
Hampir tiap minggu kita mungkin berfilsafat; mungkin juga tiap hari. Selalu ada kejadian yang membuat kita bertanya. Ketika ada musibah, kita bertanya. 'Apa yang terjadi? Mengapa hidup jadi begini?' Memang tidak semua pertanyaan bersifat filosofis. Kita tidak berfilsafat ketika kita bertanya tentang mau makan apa, di mana makan, di mana kerja, atau di mana anak bersekolah. Kita mulai berfilsafat ketika kita mau membuat dan memikirkan keputusan-keputusan penting dalam hidup kita.
Filsafat itu Menyenangkan
Kita berfilsafat sekalipun berdialog hanya dengan diri sendiri. Ketika kita tak kunjung sukses, kita mungkin berfilsafat. "Kenapa kita masih gagal dalam hidup ini?" Ketika mau memilih pasangan hidup, kita kemungkinan besar berfilsafat. "Apakah kita akan sukses dengan gadis pilihan kita atau tidak?," begitu pikir kita. Ketika kita mau memilih tempat sekolah anak-anak, kita berfisafat juga sekalipun tidak begitu intens. Ada alasan mengapa kita menyekolahkan anak kita jauh-jauh sedangkan dekat rumah ada sekolah. Ketika kita memberikan alasannya, kita sudah berfilsafat. Warga di DKI Jakarta, yang mau berpartisipasi pada pilkada putaran kedua mendatang, akan berfilsafat; mereka akan bertanya mengapa memilih pasangan calon yang satu, tetapi tidak memilih pasangan calon lain. Entah apapun alasan yang diberikan- mereka sudah berfilsafat. Kita berfilsafat pada situasi-situasi yang krusial dalam hidup kita. Kita berfilsafat ketika ada yang mengusik hidup kita. Disadari atau tidak, kita berfilsafat.
Ketika kita bertanya, jawaban-jawaban tidak selalu ada. Berfilsafat sering demikian. Hari ini muncul pertanyaan, jawaban tidak selalu langsung ada. Jawabannya mungkin ada pada hari-hari berikutnya bahkan kadang jawaban baru muncul setelah sekian lama. Kalaupun ada, jawaban juga tidak selalu memuaskan. Kadang kita meragukan jawaban yang kita terima. Kita bertanya kepada orang lain, membaca literatur atau mendiskusikan hal itu dengan teman kita. Setelah itu, kita mungkin juga tidak mendapat jawaban yang memuaskan. Kita terus bertanya; kita terus berfilsafat.
Tiba-tiba ada pencerahan. Kita menemukan jawaban pertanyaan filosofis kita. Pada saat kita mendapat jawaban yang sejati, kita tidak lagi berfilsafat. Kita telah menemukan jawaban pertanyaan kita. Kita menemukan bijaksana. Kita menemukan kebenaran. Kemudian, kita berfilsafat lagi untuk topik yang berbeda. Kita bertanya. Kita terus mencari. Ketika kita menemukan jawaban yang benar, kita menemukan bijaksana yang baru. Pikiran kita jadi tenang. Muncul emosi yang sehat dalam hati kita. Ada semangat baru karena kita menemukan jawaban pertanyaan yang sangat penting bagi hidup kita. Lebih dari itu, menemukan bijaksana bisa membuat kita berumur panjang dan bahagia seperti yang dijanjikan dalam syair kuno berikut,
"Hai anakku, janganlah engkau melupakan ajaranku, dan biarlah hatimu memelihara perintahku,
karena panjang umur dan lanjut usia serta sejahtera akan ditambahkannya kepadamu.
Janganlah kiranya kasih dan setia meninggalkan engkau!
Kalungkanlah itu pada lehermu, tuliskanlah itu pada loh hatimu,
maka engkau akan mendapat kasih dan penghargaan dalam pandangan Allah serta manusia.
Percayalah kepada TUHAN dengan segenap hatimu, dan janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri.
Akuilah Dia dalam segala lakumu, maka Ia akan meluruskan jalanmu.
Janganlah engkau menganggap dirimu sendiri bijak, takutlah akan TUHAN dan jauhilah kejahatan;
itulah yang akan menyembuhkan tubuhmu dan menyegarkan tulang-tulangmu."
Masih alergi atau takut berfilsafat? Filsafat itu menyenangkan. Kalau Anda mau sehat, awet muda, umur panjang dan bahagia, sering-seringlah berfilsafat. Teruslah bertanya sampai Anda menemukan bijaksana.
Copyright 2009-2023 putra-putri-indonesia.com
Berlangganan
Putra-Putri-Indonesia.com (Free)
Berfilsafat Membuat Pikiran Jernih
Saatnya Mata Kuliah Fisalafat Diberikan kepada Mahasiswa