Kalau kita ingin membangun budaya perusahaan yang unggul, dari mana memulainya? Pertanyaan ini sederhana, tetapi bila kita serius memikirkan dan memulai membangun budaya yang unggul di perusahaan- ini membutuhkan pemikiran, konsep, kemauan, komitmen, dan juga ketekunan dalam membangun dan mencapai budaya yang unggul itu.
Sebelum kita membahas lebih lanjut tentang dari mana memulainya, marilah kita sejenak memikirkan apa yang kita maksud dengan budaya. Budaya meliputi pemikiran atau ide, tindakan dan hasil dari tindakan itu.
Ini rumusan sederhana. Dalam arti yang luas, ini meliputi segala sesuatu yang menjadi bagian dari kehidupan masyarakat. Ini termasuk bagaimana mereka bekerja, apa alat yang digunakan untuk bekerja, musik, tradisi-tradisi dalam keluarga dan pernikahan, hubungan sosial, ilmu pengetahuan, sistem pemerintahan, dan beragam hal lainnya.
Namun, kalau kita mempersempit makna budaya dalam konteks perusahaan, mungkin tidak seluas yang baru disebut sekalipun elemen-elemen itu bisa menyentuh budaya perusahaan.
Budaya dan pemikiran yang mendasarinya dapat diibaratkan dengan eksistensi diri kita. Tubuh, yaitu eksistensi diri kita yang kelihatan, diibaratkan sebagai budaya.
Kita dapat melihat eksistensi diri kita secara phisik-mulai dari tinggi badan, raut wajah, mata, telinga, rambut, dan bagaimana kita bekerja, kebiasaan-kebiasaan kita, dan beragam aktifitas yang dapat dilihat dari eksistensi diri kita.
Namun, dibalik ini semua, ada pemikiran yang menghuni pikiran. Ini adalah faktor yang tidak kelihatan, dan tidak satupun dapat melihat ini dari luar. Orang hanya dapat mengira-ngira apa pemikiran yang ada di balik seluruh aktifitas, sikap dan tindakan yang kelihatan.
Dalam konteks perusahaan, apa yang kelihatan dari organisasi, mulai dari disain ruangan, bagaimana orang bekerja, bagaimana orang berkomunikasi, alat-alat apa yang digunakan untuk bekerja, bagaimana hasil dari pekerjaan disajikan, bagaimana itu dikomunikasikan, bagaimana pekerjaan didelegasikan, dan beragam aktifitas lainnya merupakan ekspresi dari budaya organisasi.
Sedangkan, di balik semua ekspressi ini ada pemikiran, yang kadang disebut falsafah bisnis dari sebuah organisasi. Dalam istilah teknisnya, ada misi dan visi organisasi dan 'core values.'
Jikalau demikian, apakah substansi dari budaya? Jawaban singkat: pemikiran; ide-ide yang ada dalam karyawan perusahaan.
Budaya organisasi sebenarnya merupakan kolektifitas dari sebuah kumpulan pekerja dalam organisasi. Apakah ini terdefinisikan atau tidak, dirumuskan atau tidak, dikenali atau tidak- setiap organisasi sudah mempunyai budaya.
Yang menjadi pertanyaan adalah apakah budaya itu unggul atau bukan, atau sedang menuju ke budaya unggul atau tidak.
Jikalau demikian, siapakah yang bertanggung jawab dalam membangun budaya perusahaan? Jawabannya: semua pekerja. Bila dibuat urutannya, pertama-tama ini menjadi tanggung jawab pimpinan organisasi.
Di sinilah salah satu persoalan dalam sebuah perusahaan yang sifatnya masih dimiliki oleh perorangan. Bila pemegang saham mayoritas adalah perseorangan, tantangan membangun budaya perusahaan sangat besar.
Sebab seperti yang saya katakan, bahwa hal yang paling sulit dilakukan di dunia ini adalah merubah pikiran. Dan siapa yang bisa mampu merubah pikiran dari pimpinan perusahaan?
Tanggungjawab membangun budaya perusahaan ada di tangan para Direksi (Board of Director). Di tangan merekalah nasib dari perusahaan. Sekalipun inisiatif perorangan tetap memungkinkan untuk membangun budaya, tanggung jawab paling besar ada di pundak dari dewan direksi.
Inilah tantangannya kalau kita mau memulai membangun sebuah budaya korporasi. Namun, saya mengatakan, bahwa adalah sangat baik memulai memikirkannya sebab itu sangat bermafaat baik untuk diri maupun masyarakat.(JM)
Dari Membangun Perusahaan ke Halaman Depan
Copyright 2009-2023 putra-putri-indonesia.com
Berlangganan
Putra-Putri-Indonesia.com (Free)
Kritik terhadap Teori Motivasi Maslow