Membuat Keputusan
Apakah masa lalu mudah digusur dari pikiran? Tidak.
Setiap kali Anda bertemu dengan seseorang- kawan yang sudah belasan tahun tidak bertemu, saudara, teman sekampung, teman SMA, teman kuliah, mantan pacar, teman kerja- kisah-kisah masa lalu bisa muncul dengan cepat di pikiran.
Pikiran bisa menyajikan beberapa peristiwa masa lalu mengenai sosok yang dihadapan Anda. Wajah, kata-kata, sikap atau kisah-kisah yang unik dan mengesankan bisa ditampilkan.
Kenangan yang indah atau buruk bisa ditunjukkan kembali dan itu bisa mempengaruhi sikap terhadap sosok yang dihadapan Anda. Itu bisa ditunjukkan seperti gambar di layar-lebar bioskop.
Namun, yang mau saya angkat bukanlah
kisah masa lalu, tetapi pemikiran-pemikiran yang salah yang diterima di
masa lalu, yang tetap bercokol dalam pikiran sekalipun
kita sudah hidup belasan atau puluhan tahun.
Tentu, tidak mudah
menelusuri pemikiran-salah yang pernah diterima, Begitu banyak informasi yang diserap dan tidak gampang mengenal
semua pemikiran-salah yang masih menghuni pikiran.
Kita bisa merasa bahwa pemikiran kita sudah 'baik' karena sudah berpendidikan tinggi, bergelar, berjasa dalam banyak hal, melakukan banyak kebaikan, melayani satu atau beberapa institusi, tersohor, memiliki jam terbang yang panjang, atau faktor lainnya.
Karena merasa bahwa pemikiran sudah baik, ada peluang kita tidak menyadari pemikiran-salah yang sudah kita terima. Sekalipun pemikiran baru sudah diterima dan dihidupi, besar peluang bahwa pemikiran-salah yang diterima di masa lalu tetap menghuni pikiran.
Salah satu sosok yang menarik untuk hal ini adalah Agustinus. Ia dianggap peletak fondasi-fondasi penting Reformasi 1000 tahun berikutnya. Tidak ada yang meragukan peran besar Agustinus dalam sejarah peradaban manusia.
Sekiranya Agustinus tidak ada, mungkin Reformasi abad ke-16 tidak ada. Baik Martin Luther maupun John Calvin, dua tokoh Reformator abad ke-16, mengacu ide-ide reformasinya kepada karya-karya Agustinus.
Namun, sosok sebesar Agustinus pun tidak lepas dari persoalan yang diangkat di halaman ini. Sekalipun ia sudah mengalami transformasi pikiran, masih ada pemikiran lama, yaitu filsafat Yunani Kuno, menghuni pikirannya. Pengaruh filsafat Yunani kuno, khususnya warisan Plato, belum sepenuhnya tergusur.
Salah satu bukti adalah pandangannya tentang kerja. Ia berpendapat bahwa melakukan pekerjaan yang banyak melibatkan phisik seperti bertani, mencari ikan, beternak, membangun rumah, dan pekerjaan phisik lainnya merupakan pekerjaan yang lebih rendah nilainya dari pada melakukan meditasi.
Bagi Agustinus, merenungkan kebenaran jauh lebih bernilai dari pada melakukan pekerjaan fisik.
Filsafat Yunani kuno masih mempengaruhi pemikirannya bahkan pandangannya mempengaruhi masyarakat di Eropah 1000 tahun berikutnya.
Membuat Keputusan
Ini bisa terjadi bagi Anda dan saya. Pemikiran-salah yang diterima di masa lalu- apakah itu dari orang tua, sosok yang dikagumi, filsafat dari sosok-sosok tertentu atau nilai-nilai budaya- bisa tetap menghuni pikiran.
Ketika kita
dihadapkan kepada masalah, keputusan kita dapat dipengaruhi oleh pemikiran-salah di masa lalu.
Transformasi pikiran tidak terjadi
sekaligus. Mengutip istilah 'already, but not yet', kemanusiaan kita bisa sudah berubah, tetapi
belum tuntas sepenuhnya.
Tidak mudah mendeteksi pemikiran-yang-salah. Namun, ini bisa terdeteksi ketika ada yang memberitahu kelemahan pemikiran yang kita miliki.
Ketika ada yang mengingatkan kelemahan pemikiran kita dan kita menyadarinya, ada peluang untuk menggusurnya dari pikiran. Namun, menggusur pemikiran-yang-salah juga tidak semudah mengatakannya.
Refleksi:
Other Link
Bagaimana Membangun Pikiran Jernih?
Bagaimana Mencegah Stress Berlebihan?
Dari Membuat Keputusan ke Jadwal Training
Copyright 2009-2023 putra-putri-indonesia.com
Berlangganan
Putra-Putri-Indonesia.com (Free)