Mengapa Usaha Gagal?
Beberapa hari lalu saya memeriksa sebuah usaha yang cukup besar, usaha yang bergerak di bidang kesehatan (rumah sakit). Saya berbicara dengan direktur utama dan direktur keuangannya. Saya juga sempat berbicara dengan direktur lain, dan mengelilingi semua fasilitas dalam rumah sakit itu. Ditunjukkan juga kepada saya potensi-potensi yang ada dalam rumah sakit tersebut. Sayang, rumah sakit dengan potensi yang bagus harus diambang gulung tikar. Pemilik dililit hutang puluhan miliar sehingga gaji para dokter dan pekerja pun tidak bisa dibayar penuh. Akhirnya, sebagian besar dokter berhenti bekerja karena kompensasi jasa tidak dibayar Saya merenung; apa yang menyebabkan rumah sakit itu diambang gulung tikar.
Kalau
saya lihat penuturan dari direktur utama dan direktur keuangan, tidak
ada kesan yang berkaitan dengan sikap seperti sombong atau merasa
over-confidence atau merasa punya filosofi saya-pasti-sukses. Saya tidak
melihat itu dalam diri mereka. Namun, saya coba ungkap beberapa hal
yang bisa menjadi penyebab sekalipun masih ada faktor lain.
Pertama, kurang perencanaan dalam membangun usaha. Pembanguan rumah sakit tersebut memang dimulai dari ide sang istri yang berprofessi sebagai dokter. Wajar kalau seorang dokter mengimpikan sebuah rumah sakit. Ini bisa disebut salah satu prestasi puncak bagi orang yang meniti karir di dunia pelayanan kesehatan.
Ide pun disambut suami dan langsung tancap gas untuk membangun rumah sakit. Tanpa 'blue print' yang jelas dan matang, sang suami membangun rumah sakit dua lantai. Jadilah bangunan rumah sakit dengan tipe D. Ketika mau mendapatkan akreditasi rumah sakit dari pemerintah, pejabat pemerintah malah mengatakan bahwa pemilik cukup menambah sedikit fasilitas untuk naik peringkat ke tipe C. Sang suami pun dengan semangat meminjam uang dari bank dengan menggadaikan rumah, rumah sakit, dan bangunan usaha lain untuk dapat dana segar untuk menambah bangunan rumah sakit.
Sayang, sekalipun mulai beraktifitas, rumah sakit tidak serta merta menuai hasil yang memadai untuk menutupi cicilan kredit dari bank. Sekalipun penghasilan rumah sakit meningkat, biaya operasi rutin rumah sakit cukup besar sementara cicilan tidak berkurang. Pemilik rumah sakit mulai kesulitan untuk membayar cicilan.
Lama kelamaan gaji karyawan pun secara perlahan mulai dibayar tidak penuh dan celakanya, gaji doker praktek pun tidak sepenuhnya bisa dibayar. Sebagian dokter pun mulai minta berhenti berpraktek, yang dengan sendiirinya mengurangi penghasilan rumah sakit. Semakin lama beroperasi, semakin berkurang penghasilan.
Mengapa Usaha Gagal?
Kedua, keluarga mencampuri urusan operasional usaha begitu jauh. Ini salah satu kelemahan umum dari usaha yang dijalankan keluarga. Karena merasa ikut andil dalam membangun rumah sakit, dan juga sebagai kepala keluarga, sang suami yang bukan berprofessi dokter, ikut terjun mengatur operasi rumah sakit. Sang suami sekali-sekali melihat kondisi rumah sakit dan bila ia melihat ketidakberesan seperti kaca yang tidak bersih, ia langsung memerintah karyawan untuk membereskannya. Sang suami pernah melihat lantai rumah sakit sampai berwarna kuning. Dengan inisiatifnya, ia langsung membawa karyawan dari usahanya yang lain untuk membersihkan lantai. Pada hal, dari sisi struktur organisasi, sang suami tidak ada dalam organisasi untuk menjalankan operasional rumah sakit. Sang suami hanya sebagai komisaris; sang isteri menjadi direktur utama sesuai dengan peraturan pemerintah untuk menjalankan rumah sakit.
Ketiga, ketidakseimbangan antara hutang dan penghasilan perusahaan. Ini merupakan dampak dari perencanaan yang tidak matang. Pemilik rumah sakit tidak memperhitungkan proyeksi cash flow yang rinci. Tidak ada perhitungan rinci bagaimana kalau usaha tidak mendapatkan penghasilan yang cukup untuk membiayai cicilan kredit dari bank. Ini tidak begitu dipikirkan secara mendalam. Biaya operasional rumah sakit yang cukup besar, ditambah dengan cicilan yang ratusan juta tidak seimbang dengan penghasilan perusahaan. Sekalipun dalam beberapa bulan rumah sakit pernah mencapai penghasilan yang cukup besar, tetapi rumah sakit tetap kewalahan untuk membayar gaji para karyawan dan dokter. Akhirnya, dokter berhenti, yang merupakan tulang punggung penghasilan rumah sakit.
Mengapa Usaha Gagal?
Tentu masih ada faktor lain yang menyebabkan rumah sakit diambang kebangkrutan. Namun, beberapa faktor di atas bisa menjadi input buat Anda yang mau berusaha dan menjadi pelajaran bagaimana agar usaha Anda tidak gagal di tengah jalan di saat-saat usaha Anda sudah memberikan hasil yang cukup.
Bila Anda tidak mau gagal berusaha, buatlah perencanaan yang matang, hindari campur tangan keluarga yang tidak masuk dalam struktur organisasi, dan juga perhitungkan keseimbangan antara penghasilan dan biaya-biaya yang harus ditanggung oleh usaha.(JM)
START YOUR OWN BUSINESS
Jadwal dan Tempat
KONTAK: 0813-1141-8800
Copyright 2009-2023 putra-putri-indonesia.com
Berlangganan
Putra-Putri-Indonesia.com (Free)