Untuk apa menumpuk harta? Pertanyaan ini bisa dicibir terutama di kalangan orang yang sudah dinodai falsafah pragmatisme dan gaya hidup hedonisme.
Bagi kelompok yang tujuan hidupnya masih kabur, menumpuk uang atau harta adalah tujuan yang paling mudah dirumuskan dan dicerna. Sasaran-sasaran yang mengawang seperti ketulusan, persahabatan, suka membantu, motivasi tinggi dan berbagai ide yang kelihatan tidak nyata sulit ditangkap oleh mata.
Mata lebih mudah memahami sesuatu yang bisa
dilihat dan diraba dan harta adalah objek yang sangat tepat untuk
ini.
Bagi orang yang serius mengumpulkan harta, pertanyaan di atas bisa jadi bahan renungan. Pertanyaan ini bisa mereposisi diri untuk memperjelas alasan-alasan di balik niat dan usaha yang tekun mengumpulkan harta.
Bila sikap mengumpulkan harta materi tidak didukung dengan pemikiran yang kuat- itu tidak ada artinya kata filosof seperti Sokrates. Hanya aktifitas yang memiliki motif yang kuat, murni dan solid yang bermakna.
Saya tidak mau mengajak Anda untuk skeptis mengumpulkan harta. Ada sisi positif dan negatifnya. Mari kita lihat sisi positifnya.
Dengan adanya uang atau harta yang melimpah, banyak urusan atau masalah mudah dipecahkan- mulai dari kebutuhan rumah tangga, biaya pendidikan anak, biaya kesehatan, modal usaha, biaya perkawinan, bahkan untuk biaya membeli tanah persinggahan terakhir (liang kubur).
Orang-orang yang kesulitan mudah dibantu. Membuat pesta kecil-kecilanpun, reuni kampus, SMA, SMP, bahkan SD tidak sulit.
Bahkan untuk liburan ke mana pun tidak perlu pusing bila harta dan uang melimpah. Dengan melimpahnya harta dan uang, masalah apapun dapat dipecahkan dengan relatif mudah.
Bila dilihat sisi negatifnya, mempunyai uang dan harta banyak, bisa menimbulkan banyak kesusahan. Salah satu kesusahan yang pasti dialami adalah melihat orang lain menikmati apa yang Anda kumpulkan.
Misalnya, Anda mendanai sebuah pesta kecil di rumah dan orang lain datang, Anda melihat orang lain bersenang-senang dan menikmati makanan dan minuman yang Anda suguhkan, yang merupakan hasil jerih payah Anda. Ini salah satu kesusahan yang mungkin Anda alami.
Sisi negatif lain dan yang lebih berbahaya adalah pemikiran yang muncul bahwa jiwa bisa tenang dengan harta yang melimpah. Bisa muncul ide bahwa hidup akan mulus; tidak perlu kuatir tentang kebutuhan phisik bahkan kebutuhan jiwa karena ada harta yang mengisinya.
Bisa muncul sikap 'self-confidence' yang salah. Bisa muncul kesombongan, sikap kasar, bicara lancang, minum anggur sampai keinginan untuk menikmati 'ayam bangkok.' Karakter pun bisa melemah; benih sikap malas bisa tumbuh.
Makin melimpah kekayaan makin subur pula kemalasan; ingin bersantai-santai kuat dan maunya hanya menikmati kesenangan. Dan yang paling buruk adalah tidak merasa membutuhkan orang lain apalagi bersandar pada Tuhan. Itu sisi negatif dari memiliki harta banyak.
Tujuan hidup manusia memang bukan untuk menumpuk harta. Sekalipun 'manusia dari Langit' sudah memberi pesan bahwa rahasia menjadi kaya adalah mengumpulkan harta sedikit demi sedikit, ini tidak berarti bahwa tujuan hidup manusia adalah mengumpulkan harta materi sebanyak mungkin.
Bahkan sosok yang hatinya lurus dan bersih seperti Agur bin Yake berdoa
agar ia tidak diberi kekayaan atau kemiskinan. Jadi, cukup jelas ada
panduan agar manusia tidak menumpuk harta materi dan uang begitu
banyak untuk dirinya sendiri.
Sekalipun ada sisi negatifnya, tidak salah menumpuk
uang atau harta yang banyak. Namun, tidak berhenti di situ. Perlu direnungkan pertanyaan, 'Untuk apa
menumpuk harta materi yang banyak?'
Untuk menjawab pertanyaan ini, Anda perlu mengambil waktu untuk duduk sambil memimum segelas kopi panas di tempat yang memberi rasa nyaman untuk merenung. (JM)
Copyright 2009-2023 putra-putri-indonesia.com
Berlangganan
Putra-Putri-Indonesia.com (Free)