Bagi perusahaan yang memiliki karyawan yang tidak banyak, misalnya 10 sampai dengan 20 orang, perlunya peraturan perusahaan (PP) tidak menjadi prioritas penting. Hanya saat berbisnis dengan perusahaan yang mempersyaratkan PP, pengusaha akan mempertimbangkan pembuatan PP.
Terkait hubungan dengan kinerja, memang tidak ada jaminan bahwa kinerja akan membaik kalau ada Peraturan Perusahaan (PP) yang disahkan oleh Dinas Tenaga Kerja. PP memang memberikan aturan mengenai hak dan kewajiban pekerja dan perusahaan.
PP dapat menjadi referensi bagi pekerja terkait batas aturan main dalam menjalankan perusahaan. Apa yang diizinkan dan apa yang tidak- ini diatur di dalam PP. Namun, keberadaan PP tidak otomatis meningkatkan kinerja.
Dengan adanya PP, tentu, pekerja mengetahui aturan main perusahaan. Ia tahu jam kerja perusahaan. Bila ia terlambat, ia tahu sanksinya. Bila ia melakukan pelanggaran, ia tahu apa akibatnya. Ia tahu berapa lama cuti yang dapat diambil dalam setahun.
Pekerja tahu fasilitas apa saja yang didapat dari perusahaan. Ia juga tahu berapa standar gaji minimum dengan jenis pekerjaan yang ia lakukan sebab peraturan perusahaan sudah membuat struktur skala upah. Ia tahu apa dasar PHK dan berapa besar pesangon bila ia di-PHK.
Namun, tidak selalu ada jaminan bahwa pekerja akan bekerja lebih baik dengan adanya PP. Kinerja perusahaan bisa tidak mengalami perubahan sekalipun regulasi perusahaan ada.
Kadang kinerja perusahaan bisa menurun sekalipun ada PP. Sebaliknya, kinerja bisa juga meningkat saat PP tidak ada. Jadi, tidak ada relasi yang linier antara ada tidaknya peraturan perusahaan dengan kinerja perusahaan.
Kenapa? Karena kinerja sangat terkait dengan persoalan mendasar pekerja. Kinerja dan persoalan mendasar pekerja tidak dapat dipecahkan semata-mata dengan adanya aturan perusahaan. Pekerja tidak dapat juga memecahkan persoalan dalam dirinya sekalipun fasilitas-fasilitas yang diperoleh semakin baik.
Kinerja pekerja tidak semata-mata dapat diperbaiki dengan memberikan gaji dan fasilitas perusahaan yang baik. Kinerja pekerja tidak bisa ditingkatkan hanya dengan memberikan hal-hal yang bersifat materi. Kinerja harus datang dari diri pekerja itu sendiri. Di sinilah salah satu kesulitannya.
Persoalan mendasar pekerja melekat pada dirinya dan hanya kekuatan yang datang dari luar yang dapat memecahkannya. Solusi untuk meningkatkan kinerja pekerja harus datang dari luar diri pekerja sekalipun pekerja itu sendiri harus berusaha dan mempunyai tanggungjawab dalam eksekusinya.
Ada kekuatan misterius yang berperan dalam menumbuhkan baik kemauan dan kekuatan terkait kinerja ini. Pemberian gaji yang menarik dan fasilitas yang baik bisa jadi salah satu trigger, tetapi ini bukan fondasi yang kuat dan dapat bertahan lama.
Pekerja mungkin bisa memperbaiki diri sampai tahap-tahap tertentu. Ia mungkin bisa menyadari bahwa tangggung jawab harus ada. Ia tahu bahwa bekerja dengan makan gaji buta adalah hal yang keliru, yang menyalahi prinsip bahwa hanya yang bekerja yang pantas makan.
Namun, kesadaran seperti di atas tidak selalu dimiliki setiap pekerja. Sekalipun kadang sudah berulang kali pekerja diberitahu agar ia bekerja lebih baik, lebih rajin dan lebih efisien, pekerja tetap saja tidak bisa mengerti, memahami apalagi melakukan apa yang diharapkan.
Pekerja tidak berdaya melakukan perbuatan-perbuatan baik itu sekalipun telinganya sudah mendengar bahkan melihat dengan matanya sendiri bagaimana orang lain bekerja lebih baik, lebih rajin dan lebih efisien dari dirinya.
Ada kekuatan dalam diri pekerja yang membuat ia tidak berdaya untuk keluar dari permasalahan mendasar itu. Dibutuhkan kekuatan dari luar diri, yang bisa melahirkan motivasi diri, kekuatan yang tidak semata-mata dipicu oleh perolehan gaji dan fasilitas yang menarik.
Persoalan dasar pekerja tidak akan berubah selama akarnya tidak dimatikan. Pekerja bisa saja senang kalau gajinya bertambah atau fasilitas perusahaan makin baik, tetapi perasaan senang bisa hanya berlangsung selama setengah jam atau kurang dari itu sejak ada pemberitahuan.
Besoknya, perasaan pekerja biasa-biasa saja. Pekerja tetap saja bisa tidak punya motivasi. Pekerja tetap saja bisa marah tanpa dasar, mengambil milik perusahaan, menyalahkan jabatan, berbohong dan tindakan-tindakan yang menyalahi etika universal selama akar persoalan mendasar itu tidak dimatikan.
Persoalan mendasar pekerja tidak akan mati selama tidak ada transformasi diri bahkan sekalipun ada transformasi di dalam diri pekerja, tetap saja peluang untuk marah, mencuri, atau menipu tetap ada terlepas apakah ia percaya kepada Tuhan atau tidak.
Namun demikian, dengan adanya PP, ini bisa menjadi indikator bahwa Anda serius berbisnis. Bila ada aturan main yang jelas, pekerja tahu apa yang menjadi patokan untuk bertindak dalam menjalankan operasi perusahaan.
Bila tidak ada aturan itu, tidak ada dasar untuk menyalahkan atau memberi sangsi kepada pekerja sebab baik Anda sebagai pengusaha dan pekerja sama statusnya dihadapan Sang Ilahi. Jadi, sangat disarankan Anda membuat peraturan perusahaan yang dapat dipikul oleh perusahaan dan pekerja.
Bila Anda membutuhkan jasa pembuatan peraturan perusahaan dan pengesahannya, silahkan menghubungi kami.
Copyright 2009-2023 putra-putri-indonesia.com
Your second block of text...
Berlangganan
Putra-Putri-Indonesia.com (Free)