Perbedaan Pahala
Selalu ada pahala di dunia akhirat bagi yang berbuat berbuat baik di dunia ini. Demikian keyakinan orang-orang yang percaya kepada Tuhan secara umum.
Semakin banyak perbuatan baik di dunia ini semakin besar pahala yang diperoleh di surga. Semakin sedikit perbuatan baik di dunia ini semakin sedikit pula pahala yang didapat di dunia akhirat.
Ini akan dialami oleh siapa saja yang akan menghuni surga bila memenuhi syarat-syarat yang ditetapkan oleh Sang Ilahi.
Seperti seseorang yang mengumpulkan harta, kalau harta ditabung sedikit demi sedikit uang akan semakin menumpuk. Kalau semua uang dibelanjakan sudah pasti akan tak punya tabungan di hari tua kecuali orang yang mengikuti program pensiun.
Apakah setiap orang yang hidup di dunia akhirat memiliki pahala yang sama? Apakah ada perbedaan pahala antara orang yang satu dan yang lain?
Ada yang berpandangan bahwa pahala yang diterima seseorang bergantung dari bagaimana ia hidup di dunia. Orang yang tidak kawin misalnya akan menerima pahala yang lebih baik dari pada orang yang tidak kawin karena ia dianggap dapat menahan nafsu.
Pengkhotbah dan pengajar hal-hal yang bersifat rohani, pemberita 'kabar baik' kepada orang lain dan para martir juga akan mendapat pahala yang lebih tinggi dari orang lain.
Ada juga yang berpandangan bahwa semua orang di dunia akhirat akan mendapatkan pahala yang sama. Tidak ada perbedaaan pahala antara orang yang satu dan yang lain.
Masih ada lagi yang berpandangan bahwa pahala tiap orang tidak sama. Sekalipun sama-sama hidup di dunia akhirat dan menikmati kebahagiaan yang sempurna, tetapi ada perbedaan pahala antara orang yang satu dan yang lain.
Tidak akan dibahas alasan pandangan yang pertama dan kedua di halaman ini; hanya alasan untuk pandangan yang ketiga yang akan diulas.
Dapat diterima bahwa ada perbedaan pahala. Di dunia ini saja ada perbedaan bagi orang yang bekerja keras dari orang dan yang tidak. Orang yang bekerja lebih keras dan produktif akan mendapatkan kompensasi yang lebih baik dari orang yang tidak.
Orang yang mempunyai kemampuan yang lebih baik akan mendapatkan pekerjaan dengan gaji yang lebih baik daripada orang yang kurang terampil.
Orang yang menghargai waktu akan lebih produktif daripada orang yang tidak. Falsafah Benjamin Franklin bisa berlaku di sini- waktu adalah uang- sekalipun falsafah ini setengah benar.
Di pemerintahan, ada jenjang kepangkatan. Ada eselon 1, eselon 2, eselon 3, eselon 4, pegawai staff, sampai pada pegawai yang golongannya paling rendah.
Masing-masing mempunyai gaji dan tunjangan yang berbeda. Sama-sama sebagai aparatur sipil negara, tetapi ada perbedaan tanggungjawab dan kompensasi.
Perbedaan pahala bisa juga dilukiskan dengan orang yang tinggal di komplek perumahan; sama-sama tinggal di komplek yang sama, tetapi ada yang tinggal di rumah dengan tipe yang relatif besar, sedang dan kecil.
Ada perbedaan ukuran rumah. Ada tipe 21, 36, 45,56, 70, 120, 140, 170, 240 atau 300.
Pemimpin perusahaan yang dapat menghasilkan keuntungan besar sampai seratus persen misalnya dengan mengikuti prinsip taat dan setia, akan diberikan kompensasi lebih besar.
Kemungkinan ia akan diberi tanggungjawab lebih besar lagi sedangkan orang yang tidak berhasil melipatgandakan modal tidak akan dipercaya lagi untuk mengelola usaha.
Orang yang sukses melipat-gandakan modal akan diberikan kepercayaan lebih untuk mengelola bisnis yang lebih besar.
Setiap orang mendapat pahala sesuai dengan karunia yang diterima. Orang yang menggunakan talentanya dengan baik akan mendapatkan pahala yang lebih baik dari pada orang yang tidak.
Yang setia mengerjakan pekerjaannya akan memiliki peluang lebih besar untuk sukses daripada yang gonta ganti pekerjaan setiap tahun.
Disebut orang terlunta-lunta, menurut orang Inggris yang hidup di abad 16 dan 17, kalau orang gonta ganti pekerjaan setiap tahun.
Di dunia malaikat, ada juga hierarki. Ada malaikat yang tugasnya lebih besar; ada malaikat dengan tugasnya kurang besar. Ada malaikat yang dekat kepada tahta Tuhan; ada yang kurang dekat.
Seperti dalam pemerintahan, ada puluhan menteri dan hanya ada satu dua orang yang sangat dipercaya Presiden.
Melihat beberapa illustrasi di atas, mungkin ada perbedaan pahala di antara orang-orang yang menghuni dunia akhirat. Sekalipun sama-sama tinggal di sana, tidak setiap orang akan menerima pahala yang sama.
Sama-sama bahagia, sama-sama memiliki hidup kekal, dan sama-sama melihat Tuhan face-to-face, tetapi ada perbedaan pahala antara orang yang satu dan yang lain.
Siapa yang mendapatkan pahala yang lebih besar? Kemungkinan, mereka yang mengambil tugas mengajar orang lain untuk hidup dalam kebenaran akan mendapat pahala yang lebih tinggi dari mereka yang bukan.
Mereka yang berada pada jabatan yang memberikan instruksi-instruksi surgawi kepada orang lain akan mendapat pahala yang lebih besar dari mereka yang bukan.
Kalau mau dijabarin, pengkhotbah atau pengajar hal-hal rohani akan mendapatkan pahala yang lebih tinggi dari mereka yang bukan.
Ada nasihat untuk mengejar karunia mengajar sebab lewat pengkhotbah atau pengajar orang lain bisa mendengar wejangan surgawi untuk hidup benar di dunia ini.
Mereka yang mengajar doktrin yang benar juga akan mendapatkan pahala yang lebih tinggi daripada mereka yang mengajar doktrin yang salah. Ada nasihat untuk menjaga ajaran dan menjaga diri masing-masing.
Mereka yang mau menjadi martir, yang rela mati demi nama Tuhan, juga kemungkinan mendapatkan pahala yang lebih besar dari orang yang hidup dengan gaya 'play-safe.'
Mereka yang banyak mengasihi sesama juga akan mendapat pahala yang lebih tinggi dari yang perbuatan baiknya biasa-biasa saja.
Yang menghormati orang yang lebih tua, yang tidak mau marah apalagi membunuh, tidak melakukan zinah, tidak mengambil milik orang lain, tidak mengatakan kebohongan, dan tidak menginginkan milik orang lain termasuk yang mau memberi bantuan tanpa pamrih kepada orang lain akan mendapatkan pahala yang lebih tinggi dari orang yang sedikit melakukan perbuatan baik.
Para rasul mungkin akan mendapatkan tempat yang khusus dalam hal pahala ini. Mereka akan menduduki posisi paling dekat ke tahta Tuhan.
Mungkin juga sosok seperti Musa, Elia dan para martir yang dengan mati-matian membela kebenaran duduk di lingkaran elit. Agustinus, Martin Luther dan John Calvin barangkali juga termasuk sosok-sosok 'lingkaran elit' tahta surgawi.
Siapa saja yang giat dan bekerja keras melakukan kebenaran akan mendapatkan pahala yang lebih besar dari orang yang bekerja biasa-biasa saja.
Bagaimana mendapatkan pahala yang lebih tinggi- ini tidak diungkap kepada manusia. Juga tidak perlu diselidiki bagaimana mengejarnya. Tidak perlu juga diketahui apa tips mendapatkan 'rumah tipe 300' di dunia akhirat.
Setiap orang mendapat karunia yang berbeda-beda. Kesetiaan dalam pelayanan- inilah yang akan menentukan pahala seseorang di dunia akhirat.
Tidak perlu memikirkan apa pahala yang akan didapat sebab mendapat kesempatan hidup di dunia akhirat saja sudah tidak terhitung nilainya. Sebanyak apapun harta tidak dapat mengganti anugerah untuk hidup di dunia akhirat.
Apapun pahala yang diberikan di sana- ini bukan semata-mata karena usaha manusia. Ini bukan juga karena perbuatan baik yang dilakukan.
Pahala tetap merupakan anugerah Tuhan. Tidak disarankan hidup di dunia dengan tujuan mendapatkan pahala-pahala itu.
Perlu Waspada
Yang perlu diwaspadai adalah masuk ke dunia akhirat tanpa pahala. Mereka yang memberikan instruksi yang salah kepada orang lain bisa masuk dalam kategori ini.
Kalau ajaran melenceng dari apa yang sudah digariskan para rasul dan nabi pahala akan hangus sekalipun masih tetap tinggal di dunia akhirat.
Mengajarkan ajaran rasul dan nabi dengan benar dan hidup sedapat mungkin sesuai Firman- ini bisa menjadi perhatian bagi siapa saja yang namanya tercatat di dunia akhirat. (JM)
Link Terkait
Bagaimana Paras Wajah Anda di Dunia Akhirat?
Kualitas Sumber Daya Manusia di Dunia Akhirat
Copyright 2009-2023 putra-putri-indonesia.com