Kebutuhan Reformasi Birokrasi Sangat Mendesak
Beberapa waktu lalu, sebelum tahun 2016, penulis geleng-geleng kepala melihat lamanya waktu untuk mengurus SIUJK (Surat Izin Usaha Jasa Konstruksi). Menurut informasi yang kami terima, dibutuhkan waktu paling tidak 4 1/2 bulan untuk mendapatkan SIUJK secara normal. Bahkan ini pun sudah dianggap cepat. Ada yang mengatakan pengurusannya butuh waktu sampai 6 1/2 bulan. Saat tulisan ini diposting ulang, barangkali waktu pengurusannya sudah lebih singkat.
Itu baru satu dari ratusan bahkan ribuan perizinan atau dokumen yang dibutuhkan untuk menjalankan usaha ataupun hal-hal yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat. Masih banyak masalah birokrasi lainnya yang akhirnya memperlambat laju kehidupan ekonomi, bisnis dan berbagai bidang kehidupan lainnya.
Dalam debat, seminar atau talk show untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi- reformasi jenis ini sering dibahas. Hasilnya mulai terlihat. Pemerintah DKI Jakarta misalnya sudah memulai debutnya dengan melakukan lelang jabatan lurah, camat dan jabatan-jabatan dalam pemerintahan DKI. Proses perizinan mulai dilakukan secara on-line. Wajah birokrasi di DKI Jakarta mulai berubah. Penulis sendiri mulai merasakannya ketika berhadapan dengan para petugas di kelurahan, kecamatan dan kantor walikota.
Namun demikian, salah satu hal yang kurang diperhatikan berkaitan dengan reformasi ini adalah wawasan, pola pikir atau cara pandang; kurang penekanan ataupun pembahasan tentang bagaimana mereformasi cara pandang.
Apa yang sering ditekankan adalah program misalnya menyederhanakan prosedur yang berbelit-belit, memperpendek struktur organisasi dan tindakan lainnya. Namun, perhatian terhadap pikiran, wawasan atau cara pandang karyawan tidak mendapat porsi yang seimbang.
Sulitnya melakukan perubahan birokrasi berakar pada permasalahan pikiran. Pikiran sudah kusut. Pola pikir yang destruktif sudah terbentuk begitu kokoh. Keberanian untuk keluar dari 'comfort zone' semakin kecil; hati nurani semakin redup oleh karena dikelilingi oleh sosok-sosok yang wawasannya hanya mementingkan diri dan ini membudaya hampoir di semua lini. Pikiran sudah begitu lama tidak mendapat penyegaran yang reformatif.
Untunglah Presiden Jokowi Indonesia mengusung ide Revolusi Mental. Sekalipun makna istilahnya masih bisa diperdebatkan, paling tidak ada kesadaran kebutuhan terhadap pentingnya transformasi mental.
Solusi untuk reformasi (perubahan) birokrasi bukan sesuatu yang mudah.
Itu tidak seperti membalikkan telapak tangan sebab hal yang harus
dibenahi pertama kali adalah pikiran dan kalau masalah ada di pikiran-
ini bukan masalah singkat. Selama manusia hidup, selema itu pula masalah
pikiran tetap ada.
Pikiran juga sangat rumit untuk dipahami.
Sulitnya memahami pikiran berdampak juga pada sulitnya memecahkan
persoalan dalam birokrasi. Sekalipun sosok seperti Jokowi duduk di kursi
RI1 atau Ahok duduk di kursi DKI 1- tidak langsung mudah merubah mental
para pegawai.
Dibutuhkan pendidikan atau pelatihan-pelatihan
yang berkaitan dengan pikiran dan wawasan atau cara pandang; bukan hanya
membahas persoalan-persoalan birokrasi itu sendiri, tetapi membenahi
mental dengan memberikan informasi-informasi berkaitan dengan pikiran.
Prioritas pembinaaan mental bukan hanya bertumpu pada pemberian
doktrin-doktrin tentang pentingnya perubahan birokrasi, tetapi
memberikan pencerahan kepada karyawan bagaimana pikiran bekerja,
bagaimana pola pikir terbentuk, bagaimana pola pikir berubah dan apa
platform agar pikiran bekerja dengan lebih efektif dan produktif.
Salah satu program yang relatif bagus berkaitan dengan pikiran adalah
pelatihan Thinking with Six Hats. Dalam pelatihan ini, para peserta akan
diberikan pengertian bagaimana pikiran bekerja, bagaimana pola pikir
dibentuk, bagaimana keluar dari mental blok yang sudah terbentuk dan
yang paling menarik dari pelatihan seperti ini adalah bagaimana
menggunakan secara efektif proses berpikir yang sudah ada dalam pikiran.
Banyak
hal-hal yang masih harus dilakukan untuk mentransformasi birokrasi. Namun,
salah satu hal yang terpenting adalah 'membenahi' pikiran.
Dari Reformasi Birokrasi ke Halaman Depan
Copyright 2009-2023 putra-putri-indonesia.com