Program Revolusi Mental: Bagaimana kita mewujudkannya?
Salah satu program yang dilakukan oleh Presiden Jokowi dalam masa pemerintahannya adalah Revolusi (Transformasi) Mental, yang tertuang dalam butir ke-8 dalam 'Nawa Cita."
Bila dikutip, isinya kira-kira begini: "Melakukan
revolusi karakter bangsa melalui kebijakan penataan kembali kurikulum
pendidikan nasional dengan mengedepankan aspek pendidikan
kewarganegaraan, yang menempatkan secara proporsional aspek pendidikan,
seperti pengajaran sejarah pembentukan bangsa, nilai-nilai patriotisme
dan cinta Tanah Air, semangat bela negara dan budi pekerti di dalam
kurikulum pendidikan Indonesia."
Banyak yang memperdebatkan
konsep revolusi mental yang digulirkan Presiden Jokowi ini. Bukan hanya
istilahnya, tetapi juga substansi makna
istilah tersebut. Apakah mental bisa mengalami revolusi? Apakah mental
bisa dirubah secara radikal?
Agar lebih jelas, mari kita simak makna kata
revolusi dan mental. Mengutip kamus Webster Dictionary, kata revolusi
punya beberapa makna. Pertama, kata revolusi dikaitkan dengan pergerakan
sebuah benda seperti bintang atau planet dalam orbitnya.
Makna
lain adalah perubahan radikal dari sesuatu. Masih ada arti lain, yaitu
penggulingan sebuah pemerintahan atau bentuk pemerintahan atau sistem
sosial dengan cara kekerasan dan diganti dengan sistem yang lain seperti
Revolusi Perancis (1789), Revolusi Amerika pada tahun 1775, Revolusi
China pada tahun 1911 atau Revolusi Rusia pada tahun 1917.
Dengan kamus
yang sama, kata mental diartikan sebagai pikiran atau intelek.
Bila
kata revolusi mental dimaknai, pengertian yang paling
dekat adalah sebuah gerakan masif atau perubahan radikal yang
berkaitan dengan mental.
Apa maksudnya? Apakah yang dimaksud adalah membuat program-program yang radikal yang menuntut perubahan mental? Bila demikian, program-program apa yang harus dibuat sehingga bisa menghasilkan perubahan mental?
Apakah program-program yang berorientasi materi menjadi 'driving force' untuk perubahan mental?
Entah apapun yang dimaksud dengan revolusi mental, pertanyaan-pertanyaan yang lebih sulit sudah menanti. Misalnya, apakah mental atau pikiran bisa mengalami revolusi atau perubahan radikal?
Kalau perubahan radikal adalah ke arah yang positif, dengan apa itu dilakukan? Apakah mental dapat dirubah lewat berbagai program? Kalau dapat, dengan program seperti apa? Bila dikaitkan dengan waktu, apakah perubahan mental dapat terjadi dalam hitungan minggu, bulan atau tahun?
Tentu perubahan radikal bisa terjadi dalam diri seseorang. Ketika seseorang mendengar sebuah ide atau inspirasi, perubahan mental yang radikal dapat terjadi. Sejarah telah mengungkap hal ini.
Orang-orang suci pernah mengalami perubahan radikal seperti ini. Paulus misalnya, setelah mendengar suara dari langit, ia mengalami perubahan mental yang radikal dalam hitungan jam.
Wawasannya berubah total sampai ia menganggap pencapaian lahiriah sebagai sampah.
Pernah juga terjadi perubahan radikal di sebuah kota di Amerika Serikat pada abad 18. Belasan ribu orang mengalami pertobatan. Banyak yang mengalami perubahan mental yang positif.
Di kota Niniweh, 120 ribu orang mengalami perubahan mental secara massal setelah mendengar pidato yang mentransformasi pikiran.
Sekalipun fakta-fakta sejarah telah mengungkap kisah-kisah perubahan dramatis, tidak dapat dipungkiri bahwa kekuatan yang merusak selalu bekerja secara evolusi maupun radikal dalam diri setiap orang.
Kekuatan
ini menunggu saat-saat yang paling tepat bahkan pelan-pelan dapat
menyelinap ke dalam pikiran orang-orang yang dianggap mampu menguasai
pikiran sekalipun.
Pikiran begitu dinamis; pikiran begitu lincah
dan kreatif. Saat ini pikiran memikirkan sesuatu, dalam hitungan detik pikiran bisa memikirkan yang lain.
Dalam pikiran, bisa muncul loncatan ide dari
yang satu ke ide yang lain dan bukan tidak mungkin pikiran-pikiran yang
revolusioner yang bersifat merusak muncul.
Tentu perubahan
radikal yang positiflah yang diharapkan dari Program Revolusi Mental. Namun, tidak dapat diabaikan bahwa mental
tidak dapat dirubah dengan program-program phisik semata.
Karl Marx keliru. Ia berteori bahwa manusia dapat dirubah dengan materi. Sejarah bergerak, menurut Marx, karena materi. Ia mengabaikan bahwa manusia merupakan kesatuan antara jiwa dan tubuh; keduanya tidak dapat dipisahkan.
Alam atau sebut saja proyek-proyek pembangunan phisik memang merupakan panggung untuk melatih kemampuan seseorang. Itu merupakan sarana untuk mengasah dan melatih kemampuan jiwa dan tubuh.
Namun, agar jiwa dan tubuh memberikan kinerja yang baik atau lebih, sangat dibutuhkan pelatihan pikiran dan tubuh. Pikiran harus diisi dengan informasi-informasi bermutu. Itu sebabnya,
pelatihan pikiran atau mental merupakan pra-syarat kalau kita berharap 'Revolusi Mental' atau Transformasi Mental terwujud. (JM)
Link Terkait
Pola Pikir (Kerangka Berpikir) Sebagai Fondasi Seluruh Tindakan Kita
Bagaimana Pola Pikir Terbentuk?
Bagaimana Pola Pikir Berubah?
Faktor X dalam Proses Perubahan Pola Pikir
Tips Merubah Pola Pikir
Mata Kuliah Filsafat: Mungkinkah Diberikan ke Mahasiswa
Melatih Pikiran dengan Membaca
Kekuatan Berpikir Negatif (Kritis)
Tips Mengurangi Kebiasaan Mengkritik
Delapan (8) Tips Mencegah Stress Berlebihan
Dari Revolusi Mental Presiden Jokowi ke Halaman Depan
Copyright 2009-2023 putra-putri-indonesia.com