Apakah kebutuhan manusia itu berjenjang? Teori Motivasi Maslow menjawab 'ya'. Abraham Maslow mengatakan bahwa ada 5 jenjang kebutuhan manusia.
Jenjang pertama adalah kebutuhan dasar seperti udara, air, makanan, pakaian, istirahat dan kebutuhan dasar lainnya.
Jenjang kedua adalah rasa aman- jaminan kerja, jaminan kesehatan, jaminan keamanan dari pencurian, dan jaminan keamanan lainnya.
Jenjang ketiga, adalah cinta atau kasih, yaitu rasa dicintai dan dimiliki oleh keluarga.
Jenjang keempat adalah 'esteem', yaitu harga diri, rasa percaya diri, penghargaan dari orang lain atas prestasi yang dicapai.
Jenjang kelima adalah aktualisasi diri, yaitu kondisi di mana orang bisa berkreasi, memecahkan masalah, menerima fakta apa adanya, dan menerima kondisi orang lain.
Teori Motivasi Maslow mengatakan bahwa bila seseorang sudah mendapatkan kebutuhan dasar (jenjang pertama), maka ia tidak akan termotivasi melakukan sesuatu kalau motivatornya adalah kebutuhan dasar; ia hanya termotivasi kalau motivatornya adalah kebutuhan jenjang-kedua.
Bila kebutuhan lapisan kedua terpenuhi,
ia tidak akan termotivasi mengerjakan sesuatu kalau motivatornya adalah
kebutuhan jenjang-kedua. Demikian seterusnya sampai seseorang mencapai
kebutuhan yang paling tinggi, yaitu aktualisasi diri.
Kelihatannya
Teori Motivasi Maslow benar. Fakta-fakta di lapangan seolah-olah
menunjukkan demikian. Namun, apakah kebutuhan manusia berjenjang seperti
yang disodorkan oleh Maslow?
Apakah orang yang telah mendapat kebutuhan dasar tidak lagi termotivasi mengerjakan sesuatu kecuali motivatornya adalah kebutuhan jenjang kedua?
Dalam kalimat lain, apakah rasa
percaya diri tergantung kepada terpenuhinya kebutuhan dasar dan rasa
nyaman? Apakah orang harus melalui 4 jenjang kebutuhan agar bisa
beraktualisasi diri?
Tidak dapat disangkal bahwa ketersediaan
kebutuhan dasar atau rasa aman bisa membantu rasa percaya diri
seseorang. Bila seseorang telah berprestasi, mencapai posisi tinggi
dalam kariernya, atau mendapat penghargaan atas jasa-jasa yang ia
lakukan- ini bisa menolong membangun rasa percaya dirinya.
Seseorang bisa merasa memiliki eksistensi kalau punya uang banyak, bergelar atau berprestasi.
Namun demikian, ada
kelemahan pada Teori Motivasi Maslow. Pengertian tentang kebutuhan yang
berjenjang tidak tepat. Kebutuhan manusia tidak perlu dikategorikan ke
lima jenjang kebutuhan.
Tidak perlu ada 'kasta' kebutuhan. Manusia terdiri dari tubuh dan jiwa. Ada kebutuhan jasmani; ada kebutuhan rohani. Tubuh membutuhkan udara, makanan, air, istirahat dan ini memang diperlukan untuk menjaga agar tubuh bisa berfungsi dengan baik.
Kekurangan nutrisi bisa mengakibatkan tubuh lemah. Cobalah tidak mendapatkan nutrisi yang cukup, tidak akan lama tubuh Anda lemah, muka bisa pucat, badan lemas, dan tubuh tidak dapat melakukan pekerjaan sehari-hari bahkan bisa sakit.
Namun demikian, bukan hanya tubuh yang memerlukan nutrisi. Jiwa juga memerlukan nutrisi yang baik agar aspek rohani manusia dapat berfungsi dengan baik. Pikiran butuh 'makanan pikiran.'
Hati, jiwa dan pikiran memerlukan nutrisi rohani seperti tubuh membutuhkan makanan yang bergizi. Cobalah tidak mengisi pikiran atau jiwa Anda dengan makanan rohani, maka tidak akan lama jiwa Anda lelah; hati resah.
Anda akan mudah mengeluh, mudah frustasi, gampang emosi, dan sering mengkritik orang lain hanya karena kesalahan-kesalahan remeh. Kita tidak akan bisa beraktulisasi diri seperti yang disarankan Teori Motivasi Maslow.
Sosok-sosok yang memberikan pencerahan pikiran, yang bisa mengisi pikiran dan jiwa kita akan menolong kita. Sebut saja seperti pastor, pendeta, kiyai, ustad atau motivator- sosok-sosok seperti ini sangat diperlukan.
Contoh yang lebih dekat adalah Mario Teguh, yang telah mengisi pikiran dari ribuan, mungkin ratusan ribu bahkan jutaan orang Indonesia di seluruh dunia.
Tubuh dan jiwa saling berkaitan. Keduanya tidak dapat dipisahkan bila
manusia mau disebut utuh. Kelemahan dalam tubuh bisa mempengaruhi jiwa; kekurangan dalam jiwa pasti akan mempengaruhi tubuh.
Tetapi, jiwalah yang memimpin tubuh, bukan tubuh yang memimpin jiwa. Oleh sebab itu, kesehatan jiwa lebih utama dari pada kesehatan tubuh.
Ini tidak berarti bahwa kesehatan tubuh dapat diabaikan. Baik aspek rohani maupun jasmani harus berada dalam keseimbangan. Namun, bila mau diurut, memelihara jiwa harus didahulukan dari pada memelihara tubuh.
Bila jiwa kita bisa bebas dari ikatan-ikatan yang bersifat phisik, kita bisa beraktualisasi diri. Tidak perlu orang menunggu kebutuhan dasar, rasa aman, perasaan cinta, dan percaya diri terpenuhi agar bisa beraktualisasi diri seperti yang dianjurkan oleh Teori Motivasi Maslow.
Kita bisa beraktualisasi diri karena jiwa kita merdeka dari keinginan-keinginan phisiknya.
Benarlah perkataan kuno yang mengatakan, "Kalau orang mengisi hati dan jiwanya dengan keadilan dan kebenaran, maka kebutuhan lainnya akan ditambahkan."
Dengan kata lain, bila hati dan pikiran sehat, kebutuhan jenjang pertama sampai yang keempat tidak perlu dikuatirkan. Namun, banyak di antara kita memilih yang sebaliknya.
Kebutuhan phisik diutamakan sedangkan kebutuhan jiwa diabaikan. Tidak heran kalau banyak orang yang memiliki motivasi rendah sekalipun kebutuhan mendasar, rasa aman, rasa cinta dan harga diri terpenuhi. Kita perlu merdeka dari ikatan kebutuhan-kebutuhan jasmani kita.
Link Terkait
Apa Tujuan Hidup Anda dan Saya?
Bagaimana Merumuskan Sasaran Pribadi Anda?
Inilah Resep Sederhana Meningkatkan Motivasi Hidup Anda
Kritik terhadap Teori Motivasi Maslow
Isi Pembukaan UUD 1945 Republik Indonesia
Sasaran Pribadi dan Visi Indonesia Raya
Copyright 2009-2023 putra-putri-indonesia.com