Wawasan Dunia (Worldview)
Setiap hari kita membuat keputusan. Kita membuat keputusan-keputusan yang kecil seperti memilih pakaian untuk dipakai ke kantor, memilih makanan untuk makan siang.
Kita juga membuat keputusan-keputusan yang lebih besar dan serius seperti memilih jurusan di bangku kuliah, memilih pekerjaan ketika ada dua atau tiga tawaran datang dalam waktu yang bersamaan, memilih tempat tinggal, memilih pasangan hidup dan memilih keyakinan.
Apapun keputusan yang dibuat- itu merupakan produk dari wawasan dunia kita. Ibarat koin yang punya dua sisi, tindakan atau keputusan merupakan sisi yang satu; keyakinan-keyakinan yang hidup dalam diri adalah sisi yang satu lagi. Keduanya tidak dapat dipisah.
Worldview dan tindakan merupakan pasangan yang tidak dapat dipisahkan.
Apa itu worldview? Istilah ini merupakan kata yang diterjemahkan dari bahasa Jerman, yaitu 'weltanchauung', dan pertama kali digulirkan oleh Immanuel Kant.
Menurut Kant, manusia menggunakan akal sehat untuk mencapai pengertian dan makna dunia ini dan peran manusia di dalamnya.
Pengertian 'weltanchauung' atau 'worldview' kemudian berkembang. Sebagian orang menyebutnya sebagai perspektif hidup. Ada yang menyebutnya sebagai visi, prinsip-prinsip, sistem nilai, cita-cita atau ideologi.
Di halaman ini, kita meminjam defenisi yang dibuat oleh Albert M. Wolters, penulis buku Creation Regained. Menurut Wolters, worldview adalah kerangka menyeluruh dari kepercayaan dasar seseorang tentang segala hal."
Apa yang dimaksud dengan "segala hal" di sini adalah segala hal yang termasuk realitas: dunia, manusia, moralitas, keluarga, politik, ilmu pengetahuan, seni, bisnis, pertanian, perikanan, dan bidang-bidang lain yang merupakan cakupan budaya. Dunia spritualitas pun termasuk dalam cakupan "segala hal." Dengan demikian, ruang lingkup worldview begitu luas.
Worldview (wawasan dunia) meliputi kepercayaan-kepercayaan dasar seseorang. Apa yang dimaksud dengan kepercayaan di sini bukanlah agama resmi seperti agama Islam, Kristen, Hindu, atau Buddha atau keyakinan lain.
Worldview tidak dapat disamakan dengan agama. Seseorang bisa saja beragama Islam, tetapi worldview-nya tidak 'berwarna' Islam. Tanpa ia sadari, bisa saja ia mengadopsi prinsip-prinsip tertentu yang bukan berasal dari agama Islam.
Bisa saja seseorang beragama Kristen, tetapi worldview-nya tidak 'berwarna' Kristen; worldview-nya diwarnai oleh keyakinan yang berasal dari Liberalisme atau isme-isme lain. Jadi, ada perbedaan antara kepercayaan dasar yang sungguh-sungguh dengan agama yang dianut.
Perlu juga diketahui bahwa worldview (wawasan dunia) tidak sama dengan perasaan atau pendapat. Pendapat membutuhkan argumentasi logis atau tuntutan terhadap pengetahuan tertentu; worldview tidak harus selalu demikian. Worldview tidak harus dijelaskan dengan argumentsi ilmiah atau akademis.
Tidak harus ada penjelasan ilmiah atas keyakinan. Keyakinan tidak harus selalu bisa dijelaskan sekalipun ada juga orang yang mampu memberikan penjelasan akademis.
Dapat dikatakan bahwa setiap orang memiliki worldview sekalipun tidak ada argumentasi logis atau ilmiah atas keyakinannya.
Kepercayaan dasar (worldview) tidak juga harus disamakan dengan pengakuan kognitif. Seseorang bisa saja memiliki pengakuan kognitif tertentu, tetapi belum tentu ia sungguh-sungguh meyakininya. Kalaupun ia yakin, belum tentu ia bela.
Sebaliknya, worldview bukan hanya menuntut pernyataan, tetapi juga pembelaan. 'Worldview' menuntut komitmen lebih dari pada pendapat belaka.
Oleh karena worldview (wawasan dunia) merupakan kepercayaan-kepercayaan dasar yang sungguh-sungguh hidup dalam diri seseorang, worldview cenderung membuat pola atau kerangka.
Ibarat mata air di gunung yang akhirnya membentuk arus sungai, worldview juga membentuk arus atau pola tindakan. Jadi, kebiasaan, tradisi atau tindakan-tindakan yang terpola merupakan produk dari worldview.
Apakah setiap orang mempunyai worldview? Ya. Anak kecil sekalipun mempunyai worldview sekalipun masih sangat mentah.
Semakin banyak informasi, pengalaman atau interaksi dengan lingkungan termasuk interaksi dengan hal-hal yang bersifat supranatural, worldview mengambil bentuk yang makin berkembang sekalipun arah perkembangan itu tidak selalu disadari.
Ibarat organ-organ tubuh seperti jantung, paru-paru, hati dan organ-organ lain, yang tidak selalu dapat dilihat bagaimana organ-organ ini berkembang dan bekerja; demikian juga worldview.
Tidak selalu disadari apa "sistem nilai" (istilah lain terhadap worldview) yang terpatri dalam diri sekalipun keputusan sering dibuat.
Worldview (wawasan dunia) berfungsi memberikan arah atau kompas dalam hidup. Worldview memberi petunjuk. Worldview semacam map, yang memberikan pengertian tentang apa yang benar dan apa yang salah atau apa yang patut atau apa yang tidak patut dari peristiwa-peristiwa dan gejala-gejala yang membingungkan.
Fungsi lain dari worldview adalah membentuk cara menilai peristiwa, isu-isu dan struktur dari peradaban. Dengan kata lain, worldview berfungsi untuk memberikan arah sekaligus struktur dari cara melihat segala sesuatu yang ada.
Fungsi worldview mungkin lebih mudah dipahami dengan membaca konteks masalah-masalah berikut.
Misalnya, bila pajak penghasilan tidak digunakan dengan baik oleh pemerintah, apakah pajak akan tetap disetor dengan jujur? Apakah peraturan pemerintah tetap diikuti untuk melaporkan pajak penghasilan?
Bila para calon kepala daerah yang ditawarkan oleh partai politik atau jalur independen tidak memenuhi ekspektasi, apakah hak pilih tetap digunakan?
Apakah tetap memilih salah satu dari calon-calon yang ditawarkan sekalipun calon-calon tersebut tidak memenuhi kriteria? Apakah suami isteri memilih bercerai bila keduanya tidak sejalan lagi? Keputusan terhadap isu-isu yang baru disebut merupakan produk dari worldview.
Bagaimana mengenali worldview (wawasan dunia)? Jawaban praktis adalah bahwa worldview akan tergambar dengan jelas ketika diperhadapkan kepada persoalan-persoalan yang mendesak. Worldview yang sesungguhnya tidak begitu kelihatan ketika menghadapi masalah-masalah yang sepele.
Ketika menghadapi persoalan-persoalan yang kritislah worldview akan terpampang dengan jelas. Saat seseorang membuat keputusan- itulah worldview yang sesungguhnya.
Seperti iklan besar yang dipampang di pinggir jalan raya, worldview akan jelas ketika keputusan dibuat saat menghadapi masalah darurat. (JM)
Bagaimana Mewujudkan Revolusi Mental?
Kritik terhadap Teori Motivasi Maslow?
Dari Wawasan Dunia (Worldview) ke Halaman DepanCopyright 2009-2023 putra-putri-indonesia.com
Berlangganan
Putra-Putri-Indonesia.com (Free)
KONTAK
0813-1141-8800
Bagaimana Mewujudkan 'Revolusi Mental?'
Kritik terhadap Teori Motivasi Maslow